Jalan-jalan Jambi


1.       Duo Nenek
Ini depot makan legendaris. Yang mendirikan 2 orang nenek, beruntung malam itu salah satu dari duo nenek hadir menemui kami, rupanya memenuhi special request dari Bang Oss bahwa aka nada tamu dari Surabaya yang akan diajak mampir.
Makanan yang disajikan banyak macam, tapi untuk rombongan besar kami sepertinya tak cukup memadai persediaannya :D Beberapa pesanan ternyata habis, kosong, sehingga terpaksa memesan ulang. Yang menarik adalah masakan dari Tempoyak. Tempoyak adalah makanan khas Jambi, olahan dari daging durian yang difermentasi sehingga berupa seperti tepung lunak. Olahannya bisa dijadikan campuran dalam pepes ikan (brengkes)atau campuran rica-rica ikan patin dan nila bumbu santan. Pilihan makanan lain yang enak adalah sup udang, bumbu serai-jahe-irisan bawang merah-putih-laos yang masuk di dalamnya membuat rasa kuahnya kuat, belum lagi isinya yang lengkap sop dengan udang, dan serasa ada aroma kerang; tidak disarankan untuk dikonsumsi 1 orang karena pasti tak mampu menghabiskannya :D
brengkes tempoyak ikan nila
Minumannya sih biasa saja, jus atau the yang paling aman. Milo Buble rupanya jadi produk gagal karena bublenya masih menggumpal dalam 1 ikatan kimia, hahahaa…

2.       Tempoyac
Ini nama pusat oleh-oleh di Jambi. Buka dari jam setengah 8 pagi sampai setengah 9 malam, agak nanggung sebenarnya. Tempatnya di Jalan Jendral Sudirman, ruko samping Polda, arah ke Bandara kalau dari Simpang Rimbo.
Cukup lengkap pilihan buah tangan yang bisa dibawa pulang dengan harga wajar tersedia di sini. Ada dodol kentang, srup kayu manis, gantungan kunci, kaos, ukiran kayu, kalung, gelang, dll yang bisa dipilih sendiri. Tak menyesal kok, dijamin.

3.       Gentala Arassy
Dari Tempoyac, cukup berjalan lurus, sampai Hotel Novita belok kiri, lalu lampu merah belok kanan. Tak semudah itu ternyata, agak meragukan, maka kami menyakinkan dnegan bertanya kepada penduduk local. Nampaknya, kami sudah lewat sebagian dari jalur ini tadi pagi, saat ke gereja St. Theresia: Pasar Angso Duo. Setelah pasar, Nampak Ramayana besar, dan di belakang Ramayana sudah tampak gemerlap jembatan ini di malam hari.
Gentala Arasy adalah nama jembatan yang melintang di tengah Sungai Batanghari. Beberapa menara menjulang di sepanjang jembatan. Lebar jembatan kira-kira 7-8 meter. Di sisi parkiran akan dimulai dengan beberapa anak tangga naik, melintasi sisi atas jalan utama di belakang RS, lalu di sisi sana akan disambut oleh Masjid Agung. Di sampingnya berdiri menara jam besar, sayang kalah oleh kegelapan saat malam, karena tak ada lampu terang pada jam tersebut. Di sampingnya lagi, agak menjorok ke pinggiran sungai, patung ikon Jambi dipasang: Angso Duo, diterangi lampu warna yang bergantian merah-ungu-biru.

4.       Mie Ahok
Mie babi sebenarnya, maka bagi Anda yang tidak diperkenankan, jangan memasukkan tempat ini ke dalam referensi kunjungan Anda :D
Sepaket mie dengan taburan babi, dan dilengkapi semangkuk sop babi-sayur asin-kucai-telur puyuh. Enak sekali untuk lidah kami. Kata Pak Ben, mie ini terkenal juga di Medan lho..
Tempatnya tepat di tusuk sate jalan Kampung Manggis. Jangan putus asa dalam mencarinya, ya.. Dari Simpang RImbo, ikuti saja penunjuk arah ke Masjid Agung. Sampai di Jembatan Merah, lanjutkan perjalanan dengan mengikuti penunjuk jalan berkelok hingga ada rambu berikutnya: jalan tusuk sate (seperti huruf T dimiringkan); jangan belok kiri ke pertokoan atau rumah doa Budha – Konghucu di tikungan ke kiri tapi lurus sedikit dan lihat ke kanan. Taraa.. tepat di tusuk sate itu, kan.

5.       Candi Muaro Jambi

Iklannya dipasang besar di dinding bandara Jambi.
Kami tidak ke sana sih, setelah mendengar cerita dari teman-teman yang lebih dahulu sampai di Jambi, rasanya kurang menarik untuk dikunjungi. Tapi seharusnya, sebagai anak bangsa yang cinta budaya, kita mengunjunginya sih hihihi…
Candi Muaro Jambi merupakan sekumpulan beberapa candi dalam 1 area kompleks candi, beserta museum di dekatnya. Bangungannya rendah-rendah, tidak tinggi menjulang seperti candi-candi pada umumnya, dan terbuat dari susunan bata merah, lagi-lagi tidak seperti candi pada umumnya. Bisa dipastikan, candi-candi ini bukan peninggalan dari jaman Megalitikum; pasti juga dari jaman jauh setelah itu, setelah peradaban mengenal metode membakar tanah untuk menjadi bata.
Menurut info yang beredar, candi ini adalah peninggalan jaman Sriwijaya-Melayu.

6.       Pedestrian Jomblo
Terletak di ujung Jl. Basuki Rahmat Kotabaru. Sesuai namanya, pedestrian jomblo benar-benar hanya berupa trotoar dengan tulisan nama pedestrian tersebut, untuk tempat selfie bagi anak-anak kekinian :D

7.       Geopark Merangin
Ini objek wisata baru di Jambi, referensi dari seorang teman yang tinggal di jambi dan baru saja mencoba masuk ke sana. Objek wisata ini menawarkan pemandangan sepanjang sungai Batanghari yang bisa dilihat dengan berjalan kaki sepanjang 3 km atau dengan arung jeram dan merogoh kocek sebesar 300.000. 
Letaknya di kecamatan Merangin, di seberang SPBU tempat kami tidak jadi membeli bensin hari itu karena persediaan bahan bakar di sana habis. Jadi ya kalau dari Jambi sekitar 3-4 jam atau 6jam dari Sungai penuh. Quite far ya.. hahaha...

8.    Gereja Katolik  Santa Theresia


Gereja yang terletak di tengah kota Jambi, dekat Pasar modern –entah apa namanya- dan pasar tradisional Angso Duo, yang artinya juga tak jauh dari Gentala Arasy. Tepatnya terletak di Jalan Raden Mattaher No.19, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi.


Misa sabtu sore, minggu pagi, dan minggu sore ada. Jadwalnya seperti foto yang aku sertakan ini.
Dari Simpang Rimbo, kita bisa naik angkot kuning arah kota 1 kali selama sekitar 30 – 45 menit.


9.       Gereja Katolik Santo Gregorius
Gereja ini merupakan paroki kecil, terletak di Jl. Lingkar Barat 1, Kenali Asam Bawah, Kota Baru, Kota Jambi. Kalau dari Simpang Rimbo, dari pertigaan ambil arah ke Palembang. Bangunannya megah, bagus, dan mencolok, dengan cat warna cream yang teduh dipandang.

Misa pagi ada setiap hari minggu, tetapi tak ada misa sore, jadi lebih baik jangan mencoba mencari misa Minggu sore di sana, daripada akhirnya malah tidak jadi ikut misa, seperti yang dialami 3 teman kami :D

Comments